10/31/2012

brand smart

brand smart



BANCHMARK  TO
SMP DHARMA YUDA PEKANBARU

 
Rabu, 31 Oktober 2012, SMP juara Pekanbaru, melaksanakan Brand Smart dalam bentuk kunjungan  kerja ke SMP Dharma Yuda Pekanbaru. Kunjungan dilaksanakan dalam rangka untuk menambah pengetahuan guru-guru dalam mengelola pendidikan di SMP JUara pekanbaru. Selain itu kunjungan dimaksudkan untuk mengetahui strategi, cara, metode yang digunakan dalam rangka melaksanakan program-program sekolah.
Pada kunjungan ini, TIM SMP JUara disambut langsung oleh kepala sekolah SMP Dharma yudha, Sir Yohanes Mulyanto, S.Pd. di awal pertemuan sir yo menyampaikan secara singkat profil dari SMP Dharmayuda dan program yang dilakukan. TIM juga di sajikan Profil Multimedia dari Sekolah Dharma yuda.





Kunjungan dilanjutkan dengan visit the future Sekolah Dharma yuda, dimulai dengan melihat Clinic Dharmayuda, dilanjutkan melihat library Dharma yuda, dilanjutkan dengan melihat kelas VII, dimana pembelajaran KIMIA dengan Bahasa Inggris,, dilanjutkan dengan kelas pembelajaran Matematika dengan bahasa Indonesia dan Mandarin. TIM juga diperkenalkan dengan Guru-guru Dharmaloka yang Ramah, muda dan berenergik, yang berasal dari local maupun internasional.
                                                                                                                                                      

 



Acara berlangsung dengan baik sampai terakhir. SMP Juara di hadiri oleh perwakilan 5 orang guru SMP Juara Pekanbaru.
Harapan yang besar dengan dilaksanakannya kunjungan ini akan mempererat silaturrahmi diantara kedua sekolah, menambah pengetahuan, terjadi nya transfer dalam proses pengelolaan pembelajaran disekolah.
**ad juarahotinfo**

10/24/2012

Pendidikan Masa depan

Pendidikan Masa depan



Pendidikan Untuk Masa Depan
(Sebuah pandangan untuk pengelolaan pendidikan formal Indonesia Juara)
 
Pendidikan adalah sebuah wilayah yang harus mendapat perhatian khusus dan komprehensif. Bukan karena sekedar ini dibutuhkan untuk melengkapai struktur perjalanan sebuah bangsa atau peradaban tapi jauh dari itu pendidikan harus mendarah daging dalam sendi kehidupan dengan seluruh aspek yang melekat padanya. Oleh karena itu, negara yang maju adalah negara yang memberikan porsi perhatian yang cukup besar pada dunia pendidikan, karena dengan pendidikan inilah dimensi kehidapan itu akan tertata dengan rapi. Kalaulah kita mau melihat sejenak ke sebuah klub sepakbola internasional yang begitu luar biasa mendominasi persebakbolaan tidak hanya di kelas lokal namun juga pada tataran persebakbolaan internasional, klub itu adalah Barcelona FC. Melihat sedikit kebelang, kesuksesan bercelona bukan hasil yang diraih pada saat ini dan hadir begitu saja,tapi barcelona telah menyiapkan kesuksesan itu jauh jauh hari dengan cara membangun sarana pendidikan sepakbola dengan mendidik para pesebakbola muda sebagi iron stock yang dikemudian hari menjadi para pesebakbola profesional. Sekali lagi ini adalah bagaimana Barcelona FC begitu serius memperhatikan pendidikan dunia sepakbola sesuai kebutuhannya.
Dari contoh ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kesuksesan sebuah bangsa dapat dilihat bagaimana pendidikan diperlakukan di negara itu. Ketika Rasulullah SAW, diutus oleh Allah SWT, tugas adalah bagaimana seluruh umat manusia bisa selamat dengan cara menghambakan diri kepada Allah dengan penghambaan yang sebenarnya. Tugas ini sekali lagi adalah bagaimana rasulullah mendidik umat manusia pada saat itu, dan pendidikan pertama kali yang sampaikan adalah bagaimana umat manusia itu mentuhidkan Allah SAW. Tentu, yang di sentuh oleh Rasullah SAW adalah ruang Afektif (akhlak) karena ini punya peran dalam domain kehidupan manusia.
Sekolah Unggul sama dengan sekolah efektif
Kebanyakan orang akan bertanya apasih sekolah unggul? Pada pendekatan konsep sekolah unggul akan muncul pendekatan yang senantiasa muncul dari setiap orang yang memandangnya. Diantara Konsep sekolah unggul yang muncul adalah Memandang luaran pendidikan yang unggul karena inputnya unggul, sekolah akan merekrut siswanya dengan mengetes calon peserta didiknya mereka yang lulus dengan standar yang diharapkanlah yang akan lulus. Sekolah berpandangan bahwadengan input yang unggul akan memudahkan para tenaga pendidik dalam mengarahkan siswanya dengan berbagai pendekatan untuk mencapai targetan tertentu. Pendekatan sekolah unggul dengan konsep ini akan berakhir dengan tidak memberikan ruang kepada siswa yang dianggap tidak unggul dari segi akademik. Pendekatan kedua adalah dengan mengabaikan input tetapi melakukan proses management dan outputnya adalah siswa berprestesi. Pada pendekatan konsep ini, semua calon peserta didik punya kesempatan yang sama.
AG00041_Dan Indonesia Juara selaku pemain dalam dunia pendidikan yang telah memiliki 11 sekolah dasar dan 2 Sekolah Menengah pertama yang dinamai sekolah juara yang mengdepankan keunggulan dalam pengelolaan pendidikannya mengambil pendekatan konsep sekolah unggul yang kedua, yaitu mengabaikan input tetapi lebih menitik tekankan pada proses, dalam hal ini dapat di gambarkan dengan bagan berikut:

 














Sudah menjadi tradisi bagi Sekolah Juara dalam penerimaan peserta didik baru, dimana sekolah juara tidak melakukan alat ukur pendekatan akademik apapun dalam penerimaan siswanya. Artinya setiap calon peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk diterima dengan klasifikasi Mustahik (dhuafa, anak yatim, piatu dan yatim piatu). Proses penerimaan peserta didiknyapun  sangat sederhana, setelah calon peserta didik mendaftar dengan membawa persyaratan umum seperti fotokopi KTP dan KK serta Surat Keterangan Tidak Mampu, maka calon peserta didik sudah terdaftar untuk dilanjutkan ke proses kedua yaitu survey untuk memastikan kelayakan masuk kategori klasfikasi penerima manfaat. Setelah survey selesai dan dibahas di forum sekolah, maka pengumuman akan dikeluarkan siapa yang akan menjadi peserta didik di sekolah juara.
Selain pada penerimaan peserta didik diatas, keunggulan sekolah juara ditunjukkan dari jumlah peserta didik dalam tiap kelasnya. Peserta didik dalam rombongan belajar atau kelas hanya 25 peserta didik saja, selain untuk memudahkan proses pemantauan peserta didik konsep kelas kecil ini memudahkan pembimbingan dan pelayan terhadapa setiap peserta didik.
Proses diatas adalah proses awal, yang menjadi starting point untuk proses selanjutnya, proses yang membutuhkan energi besar untuk memastikan dengan input yang ada di konversi dengan out put keunggulan mutu, relevansi dan daya saing. Untuk menghasilkan output yang unggul maka sangat dibutuhkan manajemen pengeloaan berbasis mutu yang efektif dari semua stake holdernya.
Manajemen pengelolaan sekolah berbasis mutu yang efektif setidaknya akan mengarahkan setiap sekolah pada arahan sebagai berikut:
1.         KEPEMIMPINAN YANG PROFESIONAL (Professional Leadership)
     Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
         Dalam Konsep sekolah unggul menekankan pentingnya pemimpin yang tangguh dalam mengelola sekolah. Sekolah yang berpenampilan unggul atau sekolah yang efektif menggunakan strategi peningkatan budaya kerja, strategi pengembangan kesempatan belajar, strategi memelihara kendali mutu, strategi penggunaan kekuasaan, serta penggunaan dan informasi secara efisien.

2.         VISI DAN TUJUAN BERSAMA (Shared Vision and Goals)
Seperti yang dalam sebuah ungkapan ”Seseorang tidak akan bisa memimpin individu-individu tanpa bisa membangun kejelasan masa depan bagi mereka. Sebab pemimpin adalah penjelas masa depan” (Napoleon). Untuk itu sangat penting adanya visi dan tujuan bersama, Tujuan lembaga pendidikan merupakan pernyataan tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman bagi manajemen lembaga pendidikan untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dengan dimensi waktu tertentu.
Dan visi ini harus ditetapkan secara bersama dengan melibatkan seluruh anggota organisasi untuk memberikan partisipasi (sharing) secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Menumbuhkan sikap rasa memiliki (sense of belongingness) mengenai misi yang akan dirumuskan bersama. Sehingga dalam proses perjalanannya tidak menimbulkan conflik of interest yang berdampak pada goyahnya manajemen dalam mewujudkan cita cita dari visi dan tujuan bersama yang ada.

3.         LINGKUNGAN BELAJAR (a Learning Environment)
Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh peserta didik secara individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah,  dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Sedangkan lingkungan sosial merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar, dan lain sebagainya.

4.         PENGAJARAN YANG PENUH MAKNA (Purposeful Teaching)

Ery soekresno dalam artikelnya Membangun Karakter Anak untuk Menunjang Pembelajaran Penuh Makna” ia menyebutkan Belajar Penuh Makna diperlukan karena otak tidak akan dapat mengingat hafalan. Belajar penuh makna akan bertahan di ingatan jangka panjang selama bertahun-tahun. Pelajaran bermakna akan masih dapat diingat oleh anak sampai ia dewasa.

Dengan demikian sangat jelas bahwa pengajaran penuh makna akan masuk kedalam memori jangka panjang (long term memory) setiap peserta didik. Pengajaran penuh makna adalah Belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak, belajar konsep, belajar yang konkrit, belajar yang seluruh indera anak terlibat, menemukan sendiri pemahamannya. Proses belajar tidak lagi hanya sekedar menghafal konsep konsep atau fakta fakta belaka, tetai merupakan kegiatan menghubungkan konsep konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak memudah dilupakan. Dalam proses pendekatannya akan terjadi yang namanya learn how to learn.
5.         ORGANISASI PEMBELAJAR (a Learning Organization)
Organisasi pembelajar adalah pengembangan kapasitas organisasi untuk terus belajar, beradaptasi dan berubah. Perbedaan antara organisasi pembelajar dengan organisasi tradisional disajikan sebagaimana tabel berikut.
Variable
Organisasi Tradisional
Organisasi Pembelajar
Sikap Terhadap Perubahan
Jika hal itu dapat dikerjakan, mengapa dirubah?
Jika kamu tidak berubah,kamu tidak akan bekerja dalam waktu yang lama
Sikap terhadap ide-ide baru
Tertutup dengan ide-ide baru dari luar
Terbuka dengan ide-ide baru dari luar
Penanggung jawab inovasi
Bagian Penelitian dan Pengembangan
Setiap orang didalam organisasi
Ketakutan Utama
Membuat kesalahan
Tidak belajar, tidak akan dapat beradaptasi
Daya saing
Produk dan Layanan
Kemampuan untuk belajar, ilmu pengetahuan dan keahlihan
Pekerjaan manajer
Mengontrol yang lain
Mengijinkan yang lain

Dalam dunia pendidikan, konsep organisasi pembelajar harus terus dikembangkan, apalagi bagi sekolah yang mempunyai tahapan cita cita tujuan yang terangkum dalam rencana jangka pedek menegah dan panjang. Kondisi dalam setiap tahapan butuh energi besar karena memang tantangan setiap tahap akan berbeda dan semakin besar.
Sekolah dapat dikatakan sebagai organisasi pembelajar jika sekolah tersebut memiliki ciri; 1) sekolah tersebut memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada dalam sekolah tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya, dan 2) sekolah tersebut merupakan organisasi yang siap menghadapi perubahan dengan mengelola perubahan itu sendiri (managing change).

6.         KEMITRAAN KELUARGA-SEKOLAH (Home-School Partnership).
Partisipasi warga negara adalah hal mendasar dalam demokrasi, dan hal inilah yang menjadi landasan pelibatan orangtua dan masyarakat dalam pendidikan. Demokrasi itu sendiri adalah bentuk tata kelola sistem atau pemerintahan yang memberikan ruang bagi setiap individu baik langsung maupun melalui perwakilan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang kelak mempengaruhi hidupnya (Grant, 1979: 117).
Dalam dunia pendidikan terkhusus bagi sekolah, terciptanya kemitraan keluarga dan sekolah merupakan siklus yang mesti ada, karena keberadaan kemitraannya bersifat tetap selama peserta didiknya bersekolah di sekolah tersebut, seperti tergambar dalam bagan berikut:

 
Pola kemitraan  antara sekolah dan keluarga yang dilakukan keduanya itu berlangsung secara alamiah dan berkesinambungan sehingga dapat menyatukan langkah dalam mendidik putra-putri bangsa Indonsia. Penciptaan suasana yang kondusif bagi pendidikan nilai, baik di sekolah maupun di rumah tampaknya merupakan salah satu bentuk kemitraan yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan. Selain sifat kemitraannya, dalam dunia pendidikan, sekolah dan keluarga merupakan dua ruang pengaruh yang apabila tidak terkelola dengan baik akan diterjadi pergesekan. Pengelolan yang baik memunculkan sinergisitas yang positif dimana keduanya saling mendukung dan menghasilkan para peserta didik yang memiliki mental juara.
Dari keenam manajemen pengelolaan sekolah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, sekolah juara yang merupakan program pendidikan formal Indonesia Juara harus melakukan proses percepatan dalam implementasi keenam manajemen tersebut. Tantangan pasti akan muncul, mulai dari banyak sekolah juara yang belum memiliko gadung sendiri hingga masih terbatasnya kapasitas SDM dalam pengelolaan sekolah dengan manajemen keunggulan. Namun demikian bukan berarti tidak ada peluang untuk bisa mengimplementasikannya guna menuju sekolah unggulan. Dan semuanya harus terawal dari niat baik dan pola komunikasi yang intensif antar stake holder, selain tentunya turunan berikutnya adalah rancangan programnya.
Semoga terwujud.


Syahrul Fadhilah 
Kepala Sekolah SMP Juara Pekanbaru