Guru
kreatif, peserta didik inovatif
oleh : Syahrul
Padilah
Dalam
perkembangannya pendidikan mengalami perubahan yang sangat progressif dari
waktu ke waktu. Karena memang pada dasarnya pendidikan itu adalah seni
membentuk manusia, dan dalam proses pembentukan manusia kita tidak bisa
melepaskannya dari perjalan zaman yang kian pesat dalam kemajuan dalam segala
bidang. Contoh sederhana adalah dalam teknologi, perkembangan teknologi tida
bisa dipandang bias dalam singgungannya di dunia pendidikan. Kita mengenal social
media dalam dunia teknologi kekinian missal diantaranya adalah facebook.
Facebook dalam perkembangannya telah mampu menyihir miliaran penggunanya. Dalam
laporan yang dibuat oleh kompas, terdapat sekitar 1,2 miliar pengguna facebook,
dan hampir dipastikan masyarakat telah sangat familiar dengan facebook terutama
masyarakat perkotaan tidak terkecuali peserta didik yang usia mereka masih
sangat belia.
Perkenalan
peserta didik dengan teknologi sangat cepat, dan jika tidak terimbangi dengan
progresiitas pendidikan maka akan terjadi kesenjangan. Agar tidak terjadi
kesenjangan ini maka dibutuhkan sosok seorang guru yang menjadi salah kunci
keberhasilan dalam dunia pendidikan untuk dapat memanfaatkan situasi
perkembangan ini menjadi sarana pemacu pendidikanm sehingga pendidikan
mendapatkan tempatnya dalam perjalanan zaman.
Dibutuhkan guru
yang mampu memposisikan diri dengan tepat, dan untuk tepat dalam memposisikan
diri tentu dibutuhkan guru yang juga mampu memantaskan diri menjadi guru masa
depan yang indentik dengan guru kreatif. Dengan guru kreatif inilah akan
terlahir para peserta didik yang inovatif yang akan mengerti menajalani rentang
perjalan waktu yang dimiliki di masa akan dating.
Dalam Undang
Undang no. 20 pasal 3 dikatan: Berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kreatifitas
dapat dipelajari dan dapat diterapkan dimana saja, sehingga pendidikan harus
diarahkan pada penguatan keterampilan kreatif. Dyers, J.H. et al [2011], Innovators DNA, Harvard
Business Review:
•
2/3
dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya
berasal dari genetik.
•
Kebalikannya
berlaku untuk kemampuan kecerdasan yaitu: 1/3 dari pendidikan, 2/3 sisanya dari
genetik.
•
Kemampuan
kreativitas diperoleh melalui:
-
Observing
[mengamat]
-
Questioning
[menanya]
-
Experimenting
[mencoba]
-
Associating
[menalar]
-
Networking
[Membentuk jejaring]
Dari tujuan dan pendidikan nasional yang telah
dicanangkan oleh pemeritnah dan pandangan para ahli, maka kebutuhan akan guru
kreatif dalam pengelolaan pendidikan dan program pembelajaran sangat mutlak.
Adapun beberapa hal yang dapat berkreatiftas sebagai seorang guru dapat
dilakukan dan melakukan beberapa hal berikut:
Pertama,
guru harus menjadi insan pembelajar. Ya dengan terus menerus kita belajar maka
seorang guru akan menemukan banyak pengetahuan dan secara tidak langsung akan
mengasah daya kreatifitasnya. Belajar tentunya tidak terbatas ruang dan waktu
serta sarananya, dalam perkembangan teknologi saat ini, pengetahuan dan
informasi semakin mudah di akses dan tidak ada sekat. Hanya dalam penyerapan
perlu mendapatkan porsi yang seimbang. Beberapa media pembelajaran yang
menggunakan social media dan media informasi biasanya lebih mengarahkan guru
kepada sosok yang memiliki keluasan informasi, dan jika hanya mengandalkan
proses ini, maka akan di khawatirkan akan terjebak pada sosok informan tanpa
menguji kevalidan informasi. Untuk itu juga dibutuhkan sosok guru yang mau
mebaca buku, karena buku adalah sara penambah pengetahuan. Dengan sosok guru
yang memiliki keluasan informasi dan kedalaman pengetahuan tentu akan menjadi
mudah menjadi guru yang kreatif.
Kedua¸memperbanyak
sarana belajar. Mencipatakan suasana pembelajaran yang menyenangkan adalah
idaman semua pendidik. Dana proses pembelajaran yang menyenangkan itu tidak
boleh terpaku pada keterbasana sarana pembelajaran. Begutu banyak sumber
belajar yang ada disekitar sekolah dan lingkungan sekolah yang tentunya akan
mampu mendorong siswa akan lebih inovatif dalam megembangkan bahan ajar dan
melakukan proses pemelajarn yang scientific dengan pola: mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk
jejaring
Ketiga, Memandang
semua anak juara, Thomas Alfa Edison adalah satu dari miliaran anak di dunia
ini yang sukses memunculkan talenta ajaib dan spektakulernya. Semua kita tahu
tidak satu orang gurupun pada saat ini yang mampu membaca talenta Thomas yang
tersembunyi, tapi orangntuanya mampu menemukannya. Begitu juga di sekian banyak
sekolah dengan jutaan anak didalamnya. Mereka adalah anak anak manusia yang
terlahir dengan berjuta telenta yang mesti ditemukan. Dan ini akan terjadi jika
setiap guru mampu dengan sabar membimbing dan mendidik serta mengarahkan setiap
perserta didiknya menemukan bakatnya. Dan guru yang mampu melakukan ini adalah
guru yang memandang setiap peserta didiknya juara. Sosok guru seperti ini tidak
akan pernah mau menjustifikasikan peserta didiknya ke kotak kotak sesuai
keinginan guru, mengukur anak dari satu sisi alat ukur semata dan memandang
anak seperti pandangan kaca mata kuda.
Ketiga hal tersebut di atas adalah sebagian kecil dari sekian banyak cara menjadi guru kreatif, semoga kita sebagai guru akan menjadi guru kreatif.