Peran Guru
dalam Menyosong
Kebangkitan
Indonesia
oleh : Syahrul Fadilah, S.Pd (kepala Sekolah SMP Juara Pekanbaru)
Indonesia
adalah Negara dengan kepemilikan pulau terbanyak di dunia, Data jumlah pulau di
Indonesia yang sering diyakini selama ini adalah sejumlah 17.508 pulau dan ada
yang menyebutkan 17.480 pulau. Namun tidak sedikit yang (ragu-ragu) dan
menyebutkan jumlah pulau di Indonesia dengan kalimat “lebih dari 17.000″. belum
lagi kergaman budaya, suku dan etnik yang kesemuanya ini apalabila di
kapitalisasi secara komrehensif bukan tidak mungkin akan menjadi potensi
kekuatan yang dahsyat. Hal ini sebagai mana yang diramalkan oleh McKinsey Global
Institute, dimana pada tahun 2012, ekonomi Indonesia berada di posisi 16 besar
dunia. Diramalkan Indonesia bakal meroket ke posisi tujuh ekonomi besar dunia
pada tahun 2030. Ramalan McKinsey Global Institute (MGI) yang tertuang dalam “The
Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” pada 18 September
2012 itu, juga mengatakan pada tahun tersebut peluang bisnis bagi sektor swasta
di Indonesia bakal mencapai USD 1,8 miliar.
McKinsey
memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun 2030 akan tumbuh dengan topangan empat
sektor utama, yakni sektor jasa, pertanian, perikanan, dan sumber daya alam.
Sementara itu, pada tahun tersebut, McKinsey memperkirakan tingkat daya beli
masyarakat Indonesia juga meningkat dari 45 juta menjadi 90 juta. Masyarakat
konsumen adalah golongan konsumen yang memiliki pendapatan lebih dari USD
3.600—terkait dengan kemampuan daya beli. Pertumbuhan ini, sambung McKinsey,
bakal terus naik bila pemerintah Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan
ekonominya antara 5-6 persen.
Saking
optimistisnya McKinsey dengan perekonomian Indonesia, negara berkembang lain
seperti Brazil, Mesir, maupun Vietnam yang saat ini juga cukup berbinar
ekonominya, peningkatan masyarakat konsumennya hanya tumbuh setengah dari
jumlah masyarakat konsumen Indonesia pada periode yang sama. Sementara
itu, McKinsey juga memperkirakan imbal dari bisnis jasa bisa menciptakan
7,7 persen selama setahun dengan nilai USD 1,1 triliun. Angka ini meningkat
bila dibandingkan dengan tahun lalu sebesar USD 260 miliar. Peningkatan
ini menunjukkan porsi kontribusi sektor jasa pada produk domestik bruto (PDB)
bakal melambung dari 61 persen menjadi 65 persen
Penyiapan infrastruktur dalam menyongsong kebangkitan
ekonomi Indonesia
Berbicara
infrastruktur dalam menyongsong kebangkitan ekonomi Indonesia, tidak hanya
sekedar membicarakan infrastruktur fisik semata, namun juga infrastruktur dari
pemberdayaan sumber daya manusianya. Pembangunan infrastruktur fisik dan SDM
harus berjalan seiring dan bersinergi. Bahkan jika semua stakeholeder berkomitmen maka perihal pembangunan Sumber Daya
Manusia adalah agenda penting dan mendesak. Sebanyak apapun kekayaan yang
dimiliki, sehebat apapaun infrastruktur fisik yang ada jika tidak di topang
oleh Sumber Daya Manusia yang handal dan mumpuni akan menghasilkan output yang tidak maksimal atau bahkan
bisa menghasilkan kegagalan. Mempersiapkan kompetensi SDM sejak dini merupakan
hal yang sangat diperlukan untuk mampu
bersaing memenangkan dan memperebutkan kesempatan kerja yang terbuka di
berbagai bidang pekerjaan dan profesi .
Dimasa yang
akan dating kedudukan SDM bukan hanya sebagai alat produksi tetapi juga sebagai
penggerak dan penentu berlangsungnya proses produksi dan segala aktivitas yang
melekat dalam proses pembangunan. SDM memiliki andil besar dalam menentukan
maju atau berkembangnya suatu bangsa. Oleh karena itu, kemajuan suatu
bangsa ditentukan pula bagaimana kualitas dan kapabilitas SDM di dalamnya.
Peran Guru dalam menyonsong kebangkitan ekonomi
indonesia
Apa yang sudah
di ramalkan dan diprediksikan oleh Mc Kinsey dapat kita jadikan acuan dalam
mengelola persiapan dengan segala multi
player effect-nya. Siap ataupun tidak siapnya kita, apa yang diprediksikan
itu akan hadir, berbagai peluang akan muncul, dan apabila kita berkaca kepada
kondisi saat ini tentu masih banyak persoalan yang harus kita perbaiki agar
kita benar benar siap menyongosng kebangkitan itu, dan kita semua menjadi
pemain bukan menjadi penonton.
Saat ini, kita juga menyadari
bahwa untuk mencapai kesuksesan kebangkitan Indonesia itu Indonesia membutuhkan
banyak tenaga ahli dan kaum wirausahan. Dengan berbagai Kenyataan, hingga tahun
2012 Indonesia masih sangat kekurangan tenaga ahli. Indonesia membutuhkan
sekitar 25 ribu insinyur dan ribuan teknokrat. Padahal tenaga ahli ini sangat
diperlukan untuk mengolah sumber daya alam, mengembangkan pertanian dan
perikanan serta melaksanakan usaha di bidang jasa yang menjadi penopang masa
depan ekonomi Indonesia seperti dinyakan McKinsey di atas.
Tentu saja, para gurulah yang bisa
menjawab tantangan, menghasilkan para tenaga ahli tersebut. Kenapa para guru?
Sebab kita bicara tahun 2030, bicara soal masa depan. Kita tidak dapat
membayangkan bagaimana menyiapkan tenaga ahli untuk mengelola Indonesia di
tahun 2030 tanpa guru. Di tangan para gurulah, mereka yang akan menjadi tenaga
ahli itu memperoleh pendidikan dan pengajaran!
Siapakah mereka yang akan menjadi
tenaga ahli di tahun 2030 itu? Mereka adalah penduduk Indonesia yang kini
berusia antara 5 hingga 20 tahun dimana 99%-nya merupakan murid-murid SD hingga
SMA. Tak tanggung-tanggung, jumlah mereka mencapai sekitar 100 juta orang.
Sebab, data tahun 2010 menunjukkan bahwa struktur penduduk Indonesia terdiri dari
dari yang berusia 0-9 tahun berjumlah sekitar 45 juta; 10-19 tahun sekitar 43
juta; dan 20-29 sekitar 41 juta.
Benar, ada sekitar 100 juta
siswa-siswi yang siap dijadikan tenaga ahli guna mengelola Indonesia di tahun
2030. Andaikan kita bisa menghasilkan separuh saja dari jumlah itu, Indonesia
akan memperoleh 50 juta tenaga ahli hingga bukan mustahil ramalan McKinsey itu
bisa menjadi kenyataan. Dan di tangan para gurulah kini harapan itu tergenggam.
Betul, yang kita butuhkan memang
tenaga ahli, bukan lulusan SMA apalagi SD. Akan tetapi masa-masa menjadi siswa
mulai dari SD hingga SMA bukan saja tidak bisa dilompati begitu saja melainkan
pula menjadi kontinum waktu yang sangat penting dalam membentuk karakter,
pengembangan landasan pengetahuan, dan penyemaian keterampilan.
Guru adalah back bone
penyiapan SDM yang handal
Betapa
strategisnya peran guru dalam membentuk Indonesia yang lebih baik itu, utamanya
dari perspektif pengembangan sumberdaya manusia. Meski bukan satu-satu faktor,
sejarah membuktikan bahwa guru dalam arti yang seluas-luasnya menjadi unsur
yang menentukan bagi keberhasilan sebuah bangsa. Konon, ketika Jepang
luluh-lantak setelah dibom atom pada tahun 1945, pertanyaan yang meluncur dari
Kaisar Hirohito bukanlah seperti apa dan berapa kerusakan yang terjadi
melainkan berapa orang guru yang masih tersisa?
Untuk itulah
kompetensi guru harus senantiasa ditingkatkan dan terus membangun paradigma
guru yang sebebarnya. Guru bukan lagi hanya sekedar pendidik didalam ruang
ruang kelas, tapi guru harus menjadi fasilitator dan motivator bagi terwujudnya
SDM yang handal. Guru harus memahami bahwa dimasa yang akan depan dan dalam
proses menyongsong kebangkitan bangsa yang dibutuhkan bukan lagi manusia
manusia robot menutur istilah pak muif chatib, tetapi manusia modern yang mampu
menyelesaikan tantangan yang ada dan mampu menterjemahkan setiap persoalan
kedalam bahasa penyesalian dengan solusi secara optimis bukan bahasa bahasa
skeptis dan ketidak berdayaan karena kekakuan dalam memahami persoalan yang dihasilkan
dari paradigma pengajaran pola pola sempit.
Peningkatan
kualitas guru menjadi jawabannya atas segala tantangan dan problematika sumber
daya manusia yang ada. Tapi apakah peningkatan dan penataan paradigm guru itu
harus senantiasa muncul dari luar atau eksternal guru, ibarat paku setelah di
pukul baru tertancap di bidang yang dipakukan atau harus dimunculkan dari diri
guru itu sendiri akibat dari perenungan yang mendalam atas tugas peranan yang
dimilikiya sebagai guru. Maka dalam hal ini, kedua proses itu penting baik
internal maupun ekternal.
Tantangan,
penyedian fasilitas dan trigger pihak pihak eksternal adalah bagian dari
stimulasi untuk para guru dalam meningkat kualitas dirinya. Namun proses
inisiasi pewujudan guru yang handal itu sendiri, hadir dari diri guru itu
sendiri. Setidaknya insiasi yang muncul itu dituangkan dalam istilah sekolah.
Pertama, suku kata pertama dari sekolah adalah SE, maka kita dapat
mengistilahkan SE ini dengan istilah semangat. Apa itu semangat, Semangat
adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang. Namun, tujuan
utama membicarakan konsep semangat dalam buku ini ialah untuk menguak perbedaan
antara semangat yang dialami dalam masyarakat secara umum dan semangat yang
dibicarakan dalam al-Qur'an kepada manusia.
Semangat, dalam
pengertian umum, digunakan untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan
pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya. Apakah
penting atau tidak, setiap orang punya tujuan yang ingin dia raih sepanjang
hidupnya. Antusiasme, yang sering ditujukan untuk keuntungan material, juga
mengemuka ketika nafsu keduniaan dibicarakan. Sebagian orang berusaha untuk
menjadi kaya, untuk memiliki karir yang cemerlang atau jabatan yang prestisius,
sementara yang lain berusaha untuk tampil lebih unggul atau untuk meraih
prestise, penghormatan, dan pujian.
Maka dari itu guru
harus senantiasa memiliki semangat, semangat yang terus mengalir dalam dirinya
yang kemudian dapat dialirkan keseluruh peserta didiknya. Semangat dalam
pengabdian dengan tidak hanya sekedar berharap materi dari hasil pengabdian,
semangat dalam mendidik peserta didiknya dan mengantarkannya menjadi manusia
yang mampu menghadapi masa depannya dengan berbagai tantangan yang ditemuinya. Kedua, suku kata kedua dari sekolah
adalah KO, KO dapat kita artikan sebagai Komitmen. Ya, guru harus memiliki
komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Komitmen berarti bertindak, tidak hanya
ketika itu nyaman atau tidak nyaman, tapi setiap kali itu diperlukan. Komitmen
berarti menetapkan prioritas dan mengikuti mereka tanpa gagal. Komitmen berarti
lebih dari kata-kata, lebih dari hanya mengatakan kita akan melakukan. Komitmen
adalah melakukan apa saja untuk mewujudkannya. Demikianlah hendaknya seorang
guru dimana komitmen guru merupakan kekuatan bathin yang datang dari dalam hati
seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri tentang tugasnya yang dapat
memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan responsive
(inavotif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Komitemen ini
ditunjukkan dengan senantiasa antusias dalam melaksanakan tugas tugas yang
diemban dan merasa bangga dengan tugasnya sebagai seorang guru serta bahagia
dan terbuka dengan segala bentuk perubahan yang muncul.
Ketiga,
suku kata ketiga dari sekolah adalah LAH, suku kata terakhir ini menjadi
penyempurna dua suku kata sebelumnya, LAH dapat di artikan berbahagialah. Ya,
seorang guru haru bahagia dalam menjalankan tugasnya, karena dengan bahagia ia
akan dapat menunaikan tugasnya dengan baik, mengahadapi setiap tantangan,
menghadapi setiap perubahan dengan kebahagian, bukan dengan rasa sekptis atau
pesimis.
Rhonda
Byrne, dalam bukunya the Secret, menyatakan: apa yang Anda pikirkan akan
menarik pikiran serupa dan memantulkannya kembali . Pikiran yang sedang kita
bayangkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan. Pikiran akan
berubah menjadi sesuatu. Jika pikiran dipenuhi visualisasi yang sarat energi
positif semangat hidup, keyakinan keberhasilan, kegembiraan, kegairahan, optimis
yang meluap, ucapan syukur yang tak henti mengalir dan kemurahan hati maka
jejak kehidupan akan membawa pada kebahagiaan hakiki.
Dan
pada saat kita memahami makna kebahagian sebenarnya, maka akan senantiasa
mengalir energy positif dari pikiran,
perasaan, dan jiwa seorang guru dan dengan demikian maka aura kebahagian itu
akan merambat keseluruh aspek yang melekat dalam diri seorang guru.
Guru yang sekolah adalah guru juara
Dibalik Keberhasilan seorang siswa dalam meraih kesuksesan tidak
terlepas dari peran guru di sekolah. Seorang guru yang handal dengan segudang
prestasi, tentu akan berbeda dengan guru tanpa kreativitas dan inovasi dalam
meningkatkan kemampuan anak didiknya. Inilah sang guru juara, kehadirannya
mampu menjadi inspirasi bagi seluruh peserta didikya. Guru juara adalah guru
yang senantiasa ma uterus belajar dan menjadikan setiap keadaan perserta
didiknya menjadi sarana untuk belajar.
Guru juara memandang setiap peserta didiknya adalah para juara,
kemapuannya tidak terbatas dalam memberikan dan menerangkan mata pelajaran.
Tapi mampu mengenergize setiap yang diajarkan menjadi pembelajaran penuh makna
bagi perserta didiknya. Inilah guru sang juara itu. Guru seperti inilah yang
dibutuhkan dalam menyiapkan generasi yang siap bersaing dalam kebangkitan
ekonomi Indonesia.
Dalam sebuah tulisannya sodikin masrukhin dalam sebuah forum blog
menuliskan, guru masa depan adalah guru yang mampu mempersiapkan anak didik
untuk hidup di masa yang akan datang. Karena memang pendidikan adalah proses
untuk menjawab tantangan ke depan. Oleh karenanya, guru harus kompeten dan
menguasai hal-hal yang dibutuhkan demi mempersiapkan anak didik agar
survive pada masanya dan sekaligus siap mengambil alih zaman. Semoga
kedepan kita mampu menyiapkan guru guru yang siap mendidik dan menciptakan
manusia yang berdaya saing.
Sumber bacaan
chatib, munif. Gurunya Manusia.
Kaifa publishing: Bandung 2012
Moh. Yamin. Sekolah Yang
Membebaskan. Madani: Malang 2012
Russel, Lou. The Accelerated
Learning Fieldbook. Nusamedia: 2011
Byrne, Rhonda. The Secret.
Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta: 2007