Sebelum
memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih
dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir
kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan
peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik
untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang
dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara
lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh
guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar
kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung
tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka
mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL,
tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci
apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta
dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini
sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat
mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang
perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
- Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
- Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
- Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
- Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik
belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan
kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik
dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang
berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif,
adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan
mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan
dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan
pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru
dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,
tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat
dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini
dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL.
Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang
berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik,
yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan
memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan
aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta
didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun
aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia
seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir
tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada
pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup
data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki,
selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru
mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima
secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang
membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi
yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan
menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari
sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara
fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan
sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi
tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan
hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih
baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik
lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai”
atau memberikan umpan balik.
Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam
PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan
mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan
intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta
didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
Sumber : http://pembelajaranku.com
0 komentar: