5/23/2014

Senyum Juara

Senyum Juara

Senyum Juara

Senyum Juara mengiringi generasi penerus bangsa menggapai cita dan mimpinya melalui pendidikan berkualitas di Indonesia.
Beasiswa Ceria
Program pemberian beasiswa disertai kegiatan pembinaan berkala untuk siswa SD, SMP, SMA dan Mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Komitmen donasi Beasiswa Ceria untuk setiap anak asuh adalah minimal 1 tahun.
Sekolah Juara
Program pendirian sekolah untuk memberikan pendidikan gratis dan berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan. Aktivitas sekolah dirancang sesuai dengan standar pemerintah dan pendekatan pembelajaran dengan konsep multiple intelligences sehingga memungkinkan para siswa untuk menggali beragam potensi agar menjadi insan mandiri dengan mental juara, yang menjadi pondasi long life motivation.
Beasiswa Juara
Program pemberian beasiswa untuk siswa Sekolah Juara binaan Rumah Zakat.
Gizi Sang Juara
Program pemberian makanan sehat untuk siswa Sekolah Juara binaan Rumah Zakat

ANDA BERMINAT BERDONASI

KLIK INI LINK

5/22/2014

Mengenal O2SN

Mengenal O2SN

O2SN SMPKegiatan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) merupakan kelanjutan dari kegiatan pertandingan yang sudah dikenal dan merupakan salah satu kegiatan yang sering dilaksanakan oleh sekolah. Kegiatan ini merupakan suatu wahana bagi siswa untuk mengimplementasikan hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kesehatan jasmani, dan daya kreativitas. Untuk itu dipandang perlu Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memprogramkan kegiatan O2SN yang diselenggarakan secara berjenjang dari sekolah hingga tingkat nasional.
Kegiatan olimpiade olahraga dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu:
Tingkat Sekolah
Mekanisme pelaksanaan olimpiade olahraga diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Cabang olahraga yang dipertandingkan mengacu kegiatan yang akan dilaksanakan di kabupaten/kota atau provinsi. Sekolah menentukan tim/peserta yang akan mengikuti kegiatan olimpiade olahraga tingkat selanjutnya. Tim/peserta yang dikirim merupakan perwakilan sekolah, yang disahkan dengan SK kepala sekolah.
Tingkat Kecamatan
Olimpiade olahraga tingkat kecamatan dilaksanakan apabila jumlah sekolah yang akan berpartisipasi dalam olimpiade olahraga di kabupaten/kota, banyak. Olimpiade olahraga tingkat kecamatan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh sekolah untuk berpartisipasi. Pemenang tingkat kecamatan berhak mengikuti olimpiade olahraga tingkat kabupaten/kota. Peserta yang menjadi wakil kecamatan disahkan dengan SK kepala sekolah dan camat setempat.
Tingkat Kabupaten/Kota
Kegiatan olimpiade olahraga tingkat kabupaten adalah ajang kompetisi bagi peserta lomba yang mewakili kecamatan. Pemenang tingkat kabupaten/kota berhak mengikuti olimpiade olahraga tingkat provinsi. Peserta yang mewakili kabupaten/kota disahkan dengan SK Kepala Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
Tingkat Provinsi
Kegiatan olimpiade olahraga tingkat provinsi adalah kegiatan yang diikuti oleh peserta juara tingkat kabupaten/kota. Cabang olahraga yang dipertandingkan mengacu pada kegiatan tingkat nasional. Pemenang tingkat provinsi akan menjadi wakil untuk mengikuti olimpiade olahraga tingkat nasional.
Tingkat Nasional
Olimpiade olahraga tingkat nasional adalah kegiatan yang diikuti oleh peserta yang merupakan pemenang tingkat provinsi.
Cabang olahraga yang dipertandingkan meliputi 7 (tujuh) cabang yaitu:
Atletik
Perorangan putra dan putri.
Nomor: lari 60 m, lompat jauh, lempar lembing, dan tolak peluru. Setiap peserta maksimal boleh mengikuti 2 (dua) nomor perlombaan dari 4 (empat) nomor yang dilombakan.
Renang
Perorangan putra dan putri.
Nomor : 50 m dan 100 m gaya bebas, 50 m gaya punggung, 50 m dan 100 m gaya dada, 50 m gaya kupu-kupu. Setiap peserta diwajibkan mengikuti minimal 1 (satu) nomor, maksimal 3 (tiga) nomor.
Bola Voli
Nomor: beregu putra dan beregu putri (tiap regu 6 inti + 1 cadangan)
Bulutangkis
Nomor: tunggal putra dan tunggal putri,ganda putra, ganda putri ,ganda campuran
Karate
Perorangan putra dan putri
Nomor: kata perorangan putra dan putri
Nomor: kumite perorangan bebas putra dan putri
Pencak Silat
Perorangan putra dan putri
Nomor : pencak silat putra dan putri
Catur
Perorangan putra dan putri
Nomor : catur putra dan putri
Gemar Jurnalistik? Yuk Ikut Lomba Karya Jurnalistik Siswa!

Gemar Jurnalistik? Yuk Ikut Lomba Karya Jurnalistik Siswa!

16 Logo LKJS
Jakarta (Dikdas): Ada sebuah tantangan menarik bagi siswa-siswi SMP yang gemar jurnalistik. Tahun ini, Direktorat Pembinaan SMP menggelar Lomba Karya Jurnalistik Siswa (LKJS). Asal berkewarganegaraan Indonesia dan terdaftar aktif sebagai siswa SMP/SMP Terbuka, SD-SMP Satu Atap baik negeri maupun swasta, siapapun boleh ikut menjadi peserta.
Karya yang dilombakan berupa karya jurnalistik berbentuk buletin. Temanya “Kegiatan Jurnalistik Menumbuhkembangkan Siswa yang Berkarakter”. Ada sejumlah ketentuan yang harus dipenuhi dalam buletin tersebut.
  1. Hasil kerja tim redaksi.
  2. Hasil karya asli (original) siswa.
  3. Tidak mengandung SARA, kekerasan, dan pornografi.
  4. Terdiri dari 12-16 halaman.
  5. Berisi rubrik-rubrik yang bervariasi.
  6. Ditulis dalam tiga jenis yaitu berita, karangan khas (feature), dan opini.
  7. Berita harus memenuhi unsur 5W+1H, piramida terbalik, dan standar kelayakan berita.
  8. Menggunakan bahasa Indonesia ragam jurnalistik.
  9. Memenuhi unsur artistik.
  10. Dikirim ke alamat panitia pusat disertai surat pengantar kepala sekolah dengan lampiran alamat lengkap sekolah (nama, alamat, kabupaten/kota, provinsi, e-mail, laman, telepon/HP, kode pos).
Objek liputan memuat tema-tema yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah seperti prestasi siswa dan guru, budaya membaca di sekolah, dan  tradisi menghormati yang lebih tua dan menghargai sesama. Buletin dikirim ke alamat: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Jl. Jenderal Sudirman Gedung E lantai 17, Senayan, Jakarta 10270. Paling lambat buletin diterima panitia pada 30 September 2014.
Penilaian pemenang dilakukan melalui dua tahap. Tahap I, seleksi terhadap seluruh karya jurnalistik yang masuk ke panitia pusat untuk menentukan finalis yang akan diundang sebagai peserta LKJS tingkat nasional. Tahap II, seleksi terhadap presentasi finalis dan hasil kemas media untuk menentukan juara tingkat nasional. LKJS tingkat nasional digelar di Yogyakarta pada 26 Oktober-1 November 2014.
Panitia sudah menyiapkan hadiah menggiurkan untuk para pemenang, yaitu medali (emas, perak, perunggu), piagam, dan penghargaan lainnya dari Kemdikbud. Jadi siswa, apa lagi yang ditunggu?! Ayo ikut dan jadi pemenang!* (Billy Antoro)

Dokumen terkait:
Brosur LKJS I & II

5/21/2014

Ditjen Dikdas Kembali Gelar Lomba Menulis Cerita

Ditjen Dikdas Kembali Gelar Lomba Menulis Cerita

Ilustrasi LMC


Jakarta (Dikdas): Untuk merangsang minat dan kreativitas siswa dalam membaca dan menulis karya sastra, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014 ini kembali menyelenggarakan Lomba Menulis Cerita (LMC). Lomba terbagi dalam dua kategori peserta yaitu siswa Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan siswa Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Ada 13 tema yang bisa dipilih peserta, yakni kejujuran, ketulusan, disiplin, kerja keras, cinta tanah air, cinta lingkungan, kasih sayang, kesabaran, sopan santun, toleransi, kepedulian sosial, semangat gotong-royong, dan bencana alam.
Untuk LMC kategori SD/MI, cerita ditulis dengan panjang 3 s.d. 5 halaman kertas ukuran A4 dengan jarak 1,5 spasi, jenis huruf Times New Roman, dan besar huruf 12 pt. Sementara untuk LMC kategori SMP/MTS, cerita ditulis dengan panjang 4 s.d. 8 halaman kertas ukuran A4 dengan jarak 1,5 spasi, jenis huruf Times New Roman, dan besar huruf 12 pt.
Hadiah yang disediakan bagi para pemenang cukup menggiurkan. Selain piala, sertifikat, dan souvenir, para juara tiap kategori akan menerima hadiah berupa uang pembinaan yang nilainya bervariasi: pemenang ke-1 Rp 7,5 juta, pemenang ke-2 Rp 6,5 juta, pemenang ke-3 Rp 6 juta, pemenang ke-4 s.d. 5 Rp 5,5 juta, pemenang ke-6 s.d. 10 Rp 5 juta, dan pemenang ke-11 s.d. 15 Rp 4,5 juta. Total hadiah Rp 90 juta.
Selain itu, 15 pemenang terbaik tiap kategori juga akan diundang untuk mengikuti workshop selama sepekan pada pertengahan November 2014. Workshop dipandu oleh para sastrawan beken tanah air.
Peserta boleh mengirim lebih dari satu karya terbaiknya. Naskah dikirim ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Sub Output Pembinaan Pendidikan Estetika pada Subbag Rumah Tangga Bagian Umum, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kompleks Kemdikbud, Gedung E Lantai 5, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270. Pengiriman naskah disertai biodata peserta (klik di sini). Naskah diterima panitia paling lambat 1 September 2014 (stempel pos).
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan klik poster LMC-SD/MI dan LMC-SMP/MTs.* (Billy Antoro)
Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) Ke-22 Tahun 2014

Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) Ke-22 Tahun 2014



LKIG adalah lomba kreativitas bagi guru dalam upaya pengembangan proses pembelajaran bagi para peserta didik.
Persyaratan
  1. Peserta adalah guru (perorangan) yang mengajar pada lembaga pendidikan formal.
  2. Belum pernah menjadi pemenang LKIG dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
  3. Sistematika Penulisan : Abstrak, Pendahuluan, Metodologi, Isi/Pembahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
  4. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, diketik HVS A4, berjarak 1½ spasi dengan jenis huruf Arial ukuran 11 dan margin 2 cm (kiri, kanan, atas dan bawah).
  5. Karya ilmiah harus asli (bukan jiplakan/plagiat) dan belum sedang diikutsertakan dalam lomba sejenis tingkat nasional.
  6. Jumlah halaman karya ilmiah maksimal 25 halaman (termasuk sketsa/gambar/foto).
  7. Melampirkan rekomendasi Kepala Sekolah dan Daftar Riwayat Hidup (nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat rumah dan sekolah/instansi, telepon/HP, serta email)
  8. Format judul, abstrak, surat rekomendasi dan daftar riwayat hidup dapat diunduh melalui situs LKIG 2014 http://kompetisi.lipi.go.id/lkig22/.
  9. Peserta mendaftar dan mengunggah karya tulis melalui situs http://kompetisi.lipi.go.id/lkig22/.
  10. Karya ilmiah dikirimkan secara elektronik diterima oleh panitia selambat-lambatnya tanggal 12 September 2014.
  11. Panduan dan informasi lomba dapat dilihat melalui situs LKIG 2014.
  12. Pengumuman finalis dapat dilihat melalui situs LKIG 2014 pada tanggal 3 Oktober 2014.
  13. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.
Tingkat & Bidang Lomba
  • Guru SD/sederajat: umum (salah satu pelajaran)
  • Guru SMP/sederajat dan SMA/sederajat: 2 Bidang yaitu Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) dan Bidang Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Teknologi (MIPATek)

5/04/2014

Ciri dan Arti Kegagalan Kirim Backup Sinkron Dapodik

Ciri dan Arti Kegagalan Kirim Backup Sinkron Dapodik


Ciri dan Arti Gagal BSD
Berikut arti dan ciri serta penyebab kegagalan proses kirim/Upload BSD.
1. Gagal Saat Pengiriman Ke Server
Penyebab Koneksi Internet kurang bagus atau stabil
Solusi Pastikan koneksi internet bapak/Ibu stabil atau bagus

2. Gagal Membaca Alamat Server
Penyebab Server sedang sibuk melayani banyak permintaan, selain itu server pusat juga ada pembatasan jumlah permintaan client yang terkoneksi.
Solusi cara waktu senggang untuk kirim BSD lagi  hal ini untuk menjaga agar server tidak overload.
Jika masih gagal membaca alamat server ikuti cara Flush DNS Klik cara mengatasi Gagal Kirim BSD

3. Gagal Kirim Ke Server
Penyebab Ukuran file terlalu kecil baca cara penggunaaan Aplikasi BSD 207
Solusi ketika membuka aplikasi BSD klik kanan pilih run as administrator

4. Gagal Kirim ke server karena batas maksimal pengiriman tercapai
Penyebab hal ini dikarenakan dalam 1 kali 24 jam hanya satu kali persekolah boleh melakukan kirim BSD. lakukan pengiriman hanya satu kali sehari.
Solusi Jelas kirim pada hari berikutnya jika ada perbaikan

Jika point-point diatas sudah di ketahui namun gagal juga:
lakukan simpan file yang berformat std nya minta bantuan upload pada operator Simtun Disdik setempat.

Semoga Bermanfaat

Read more: http://kkgjaro.blogspot.com/2014/05/ciri-dan-arti-kegalalan-kirim-backup.html#ixzz30opopxvX
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran 300x188 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran 

Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Penggunaan Pendekatan saintifik dalam pembelajaran  harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
Pertama: Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
  • Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
  • Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
  • Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.
Kedua: Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
  • Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
  • Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
  • Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas.  Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.
  • Penemuan coba-coba.  Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan menemukan kepastian jawaban.  Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang  seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.
  • Asal Berpikir Kritis.  Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.
Sumber : http://pembelajaranku.com/
Penilaian Autentik Kurikulum 2013

Penilaian Autentik Kurikulum 2013


Penilaian Autentik Kurikulum 2013 300x229 Penilaian Autentik Kurikulum 2013 
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan saintifik dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Kata lain dari penilaian autentik kurikulum 2013 adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Penilaian autentik kurikulum 2013 sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
Penilaian autentik kurikulum 2013 mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik kurikulum 2013 sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.

Sumber : http://pembelajaranku.com
Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah 300x241 Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah 
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
  1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
  2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
  3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
  4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar

Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah:
Fase (5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

Sumber : http://pembelajaranku.com
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Langkah langkah Pembelajaran Berbasis Proyek 300x120 Langkah langkah Pembelajaran Berbasis Proyek 

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:
[1] Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:
[2] Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan  emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta  mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:
[3] Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:
[4] Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang  penting.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:
[5] Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek:
[6] Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Pengertian Model Pembelajaran Penemuan

Pengertian Model Pembelajaran Penemuan

Pengertian Model Pembelajaran Penemuan 300x150 Pengertian Model Pembelajaran Penemuan 

Pengertian Model Pembelajaran Penemuan

Model pembelajaran penemuan yang disebut juga Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasisendiri.

sumber : http://pembelajaranku.com
Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP

Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP


Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP
Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP - Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. Dulu dan sekarang, kita sudah mengenal dengan yang namanya KTSPatau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008. Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.  
Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentang pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP
No
Kurikulum 2013
KTSP
1SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuanlebih menekankan pada aspek pengetahuan
3di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VIdi jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSPJumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaranTIK sebagai mata pelajaran
7Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8Pramuka menjadi ekstrakuler wajibPramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MAPenjurusan mulai kelas XI
10BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswaBK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Nah Bapak Ibu para pendidik, itulah Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP yang bisa saya sampaikan dalam update kali ini. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita bersama.
Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP

Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP

Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP
Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP - Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas. Dulu dan sekarang, kita sudah mengenal dengan yang namanya KTSPatau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008. Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.  
Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentang pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP
No
Kurikulum 2013
KTSP
1SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuanlebih menekankan pada aspek pengetahuan
3di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VIdi jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSPJumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaranTIK sebagai mata pelajaran
7Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8Pramuka menjadi ekstrakuler wajibPramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MAPenjurusan mulai kelas XI
10BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswaBK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Nah Bapak Ibu para pendidik, itulah Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan KTSP yang bisa saya sampaikan dalam update kali ini. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita bersama.
Batas Akhir Verifikasi Dapodik Diperpanjang Hingga Juni 2014

Batas Akhir Verifikasi Dapodik Diperpanjang Hingga Juni 2014


Batas Akhir Verifikasi Dapodik Diperpanjang Hingga Juni 2014
Image Kemdiknas.go.id
Batas Akhir Verifikasi Dapodik Diperpanjang Hingga Juni 2014 - Meskipun masalah dapodik sedang banyak dikeluhkan oleh operator sekolah, saat ini Kemdikbud sedang menyiapkan pembayaran tunjangan guru berdasarkan Surat Keputusan (SK) Penerima Tunjangan Profesi dimana SK tersebut dikeluarkan berdasarkan data guru dari Data Pokok Pendidikan (dapodik). Bagi guru yang berstatus PNS Daerah (PNSD) maupun non-PNS, Kemdikbud memberikan waktu tiga bulan kepada para guru untuk melakukan verifikasi data mereka di Dapodik, terhitung sejak Maret hingga Juni 2014. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Ditjen Dikdas Kemdikbud, Sumarna Surapranata saat jumpa pers di kantor Kemdikbud, Jakarta, (20/3/2014). Sumarna Surapranata mengatakan ada beberapa alasan yang mengharuskan guru melakukan verifikasi data di dapodik agar bisa mendapatkan SK Penerima Tunjangan Profesi. “Di antaranya belum terdaftar di rombongan belajar, memenuhi syarat 24 jam tetapi rombongan belajar tidak wajar, atau mengajar tidak linier dengan sertifikat,” jelasnya.  
Pranata juga menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan tidak bisa diterbitkannya SK Penerima Tunjangan Profesi. Faktor tersebut antara lain telah pensiun atau meninggal dunia, beralih menjadi pejabat struktural/jabatan non-guru, dan tidak terdaftar di rombongan belajar. Selain itu, guru tidak tetap (GTT) juga tidak bisa mendapatkan SK tersebut.
Dalam paparannya, Pranata juga menjelaskan perkembangan status penerbitan SK Penerima Tunjangan Profesi. Untuk guru berstatus PNSD, di tingkat PAUD terdapat 35.849 guru yang memiliki sertifikat. Dari jumlah tersebut, 33.910 guru layak mendapatkan SK, 1.040 guru perlu melakukan verifikasi data, dan sisanya tak layak mendapatkan SK. Untuk tingkat pendidikan dasar terdapat 1.014.882 guru bersertifikat. Dari jumlah tersebut, 784.482 guru layak mendapatkan SK, 154.059 guru perlu melakukan verifikasi data, dan sisanya tidak layak mendapatkan SK. Sedangkan di tingkat pendidikan menengah terdapat 185.809 guru bersertifikat. Dari jumlah tersebut, 186.089 guru layak mendapatkan SK, 7.650 guru perlu melakukan verifikasi data, dan sisanya tak layak mendapatkan SK.
Sementara untuk guru non-PNS, di tingkat PAUD terdapat 47.264 guru bersertifikat, dimana sebanyak 33.996 guru layak mendapatkan SK, 13.268 guru perlu melakukan verifikasi, dan sisanya tidak layak mendapatkan SK. Di tingkat pendidikan dasar terdapat 97.368 guru bersertifikat, dimana 81.520 guru layak mendapatkan sertifikat, 9.532 guru perlu melakukan verifikasi, dan sisanya tidak layak mendapatkan verifikasi. Sedangkan di tingkat pendidikan menengah terdapat 61.861 guru bersertifikat, dimana 46.567 guru layak mendapatkan sertifikat, 14.041 guru perlu melakukan verifikasi, dan sisanya tidak layak mendapatkan sertifikat.
Bulan Juni 2014 dipilih sebagai batas akhir para guru melakukan verifikasi data karena bulan Juni merupakan batas pergantian tahun ajaran baru, sehingga dapodik harus diperbarui. SK Penerima Tunjangan Profesi yang terbit di semester II tahun ajaran 2013/2014 berlaku selama 6 bulan, untuk mendapatkan tunjangan profesi triwulan I dan II, yaitu Januari hingga Juni 2014. Kemudian untuk SK yang terbit di semester I tahun ajaran 2014/2015 juga berlaku selama 6 bulan untuk membayar tunjangan profesi triwulan III dan IV, yaitu Juli hingga Desember 2014 dengan data yang diperbarui kembali.
Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/2321
Wisuda SMP Juara Pekanbaru

Wisuda SMP Juara Pekanbaru


Selasa, 28/04/2014, melaksanakan program wisuda al-quran siswa smp juara pekanbaru. Program Wisuda ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada selasa & rabu. Program wisuda ini merupakan program kesiswaan yang dilaksankan per bulan. Ada pun tujuan dari pelaksanaan wisuda ini adalah melakukan evaluasi terhadap hafalan yang dimiliki oleh  siswa. Program ini merupakan program yang dirancang untuk mendukung pencapaian sekolah yaitu tamatan smp juara menguasai dengan baik dan hafal al-qur’an juz 28, 29 dan 30.
Adapun kegiatan wisuda ini dilaksanakan pada pagi hari di jam pelajaran tahfidz, dimulai pada pukul 07.00 WIB – 08.15 WIB. seluruh peserta wisuda akan diuji oleh 4 orang juri tahfidz dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh juri-juri tahfidz. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh juri dan disaksikan oleh semua siswa SMP JUARA Pekanbaru
peserta wisuda pertama
Juri Tahfidz memberikan pertanyaan kepada peserta


semua juri memberi pertanyaan secara bergantian

para siswa mendengarkan secara seksama pertanyaan dari juri

 Kegiatan wisuda ini sangat disambut baik oleh semua siswa SMP Juara Pekanbaru, banyak siswa yang mendaftar menjadi peserta wisuda. Tapi tidak semua siswa yang mendaftar yang bisa mengikuti wisuda. Adapun tahapan nya adalah siswa yang mendaftar harus memberikan setoran hafalan juz yang akan di wisudakan. Semoga agenda ini bisa memotivasi siswa untuk selalu membaca dan menghafal al-qur’an.
SMP JUARA PEKANBARU, “SAMBUT HARDIKNAS dengan wisuda Al-Qur’an”

SMP JUARA PEKANBARU, “SAMBUT HARDIKNAS dengan wisuda Al-Qur’an”


Jum’at , 02/05/2014, merupakan hari pendidikan nasioanal. Dihari yang bermakna ini SMP Juara Pekanbaru melaksanakan program wisuda al-quran siswa. Program Wisuda ini diawali dengan ujian yang dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada selasa & rabu. Program wisuda ini merupakan program kesiswaan yang dilaksanakan per bulan. Ada pun tujuan dari pelaksanaan wisuda ini adalah melakukan evaluasi terhadap hafalan yang dimiliki oleh  siswa. Program ini merupakan program yang dirancang untuk mendukung pencapaian sekolah yaitu tamatan smp juara menguasai dengan baik dan hafal al-qur’an juz 28, 29 dan 30.
Adapun kegiatan ujian wisuda ini dilaksanakan pada pagi hari di jam pelajaran tahfidz, dimulai pada pukul 07.00 WIB – 08.15 WIB. seluruh peserta wisuda akan diuji oleh 4 orang juri tahfidz dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh juri-juri tahfidz. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh juri dan disaksikan oleh semua siswa SMP JUARA Pekanbaru
Kegiatan wisuda ini sangat disambut baik oleh semua siswa SMP Juara Pekanbaru, banyak siswa yang mendaftar menjadi peserta wisuda. Tapi tidak semua siswa yang mendaftar yang bisa mengikuti wisuda. Adapun tahapan nya adalah siswa yang mendaftar harus memberikan setoran hafalan juz yang akan di wisudakan.
Syahrul padilah sebagai kepala sekolah menyampaikan “Di jum’at mubaraok ini merupakan hari yang berkah bagi kami semua” semoga pahala mereka yang membacakan dan menghafal al-quran mengalir pada kami semua.





Semoga Program ini menjadi motivasi bagi Siswa dan seluruh keluarga besar SMP Juara Pekanbaru.
Penulis : adi hamdani, S.Pd (Guru SMP Juara Pekanbaru)

5/01/2014

DR OZ nya SMP Juara Pekanbaru

DR OZ nya SMP Juara Pekanbaru

Selasa, 29/04/2014, kelas eropa melaksanakan pembelajaran penjas. tentunya pembelajaranya juga berbeda dari semesetinya. pertemua kali ini kelompok diminta untuk mempresentasikan tentang beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tidak sehat. berikut dokumentasinya ..

Kelompok 3 presntasi materi " bahaya penyakit flu burung"

 
perangkat  presntasi materi " bahaya penyakit flu burung"

bagaimana pencegahan flu burung? ini jawabannya

operator lagi mengarahka slide sesuai arahan pemateri






semoga kegiatan ini bisa menginsprasi kita semua dalam belajar di kelas.
SMP JUARA PEKANBARU, “SAMBUT HARDIKNAS dengan wisuda Al-Qur’an”

SMP JUARA PEKANBARU, “SAMBUT HARDIKNAS dengan wisuda Al-Qur’an”

Jum’at , 02/05/2014, merupakan hari pendidikan nasioanal. Dihari yang bermakna ini SMP Juara Pekanbaru melaksanakan program wisuda al-quran siswa. Program Wisuda ini diawali dengan ujian yang dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada selasa & rabu. Program wisuda ini merupakan program kesiswaan yang dilaksanakan per bulan. Ada pun tujuan dari pelaksanaan wisuda ini adalah melakukan evaluasi terhadap hafalan yang dimiliki oleh  siswa. Program ini merupakan program yang dirancang untuk mendukung pencapaian sekolah yaitu tamatan smp juara menguasai dengan baik dan hafal al-qur’an juz 28, 29 dan 30.
Adapun kegiatan ujian wisuda ini dilaksanakan pada pagi hari di jam pelajaran tahfidz, dimulai pada pukul 07.00 WIB – 08.15 WIB. seluruh peserta wisuda akan diuji oleh 4 orang juri tahfidz dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh juri-juri tahfidz. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh juri dan disaksikan oleh semua siswa SMP JUARA Pekanbaru
Kegiatan wisuda ini sangat disambut baik oleh semua siswa SMP Juara Pekanbaru, banyak siswa yang mendaftar menjadi peserta wisuda. Tapi tidak semua siswa yang mendaftar yang bisa mengikuti wisuda. Adapun tahapan nya adalah siswa yang mendaftar harus memberikan setoran hafalan juz yang akan di wisudakan.
Syahrul padilah sebagai kepala sekolah menyampaikan “Di jum’at mubaraok ini merupakan hari yang berkah bagi kami semua” semoga pahala mereka yang membacakan dan menghafal al-quran mengalir pada kami semua.





Semoga Program ini menjadi motivasi bagi Siswa dan seluruh keluarga besar SMP Juara Pekanbaru.
Penulis : adi hamdani, S.Pd (Guru SMP Juara Pekanbaru)
close
Banner iklan disini