Pendidikan Untuk
Masa Depan
(Sebuah pandangan untuk pengelolaan pendidikan
formal Indonesia Juara)
Pendidikan adalah sebuah wilayah yang
harus mendapat perhatian khusus dan komprehensif. Bukan karena sekedar ini
dibutuhkan untuk melengkapai struktur perjalanan sebuah bangsa atau peradaban
tapi jauh dari itu pendidikan harus mendarah daging dalam sendi kehidupan
dengan seluruh aspek yang melekat padanya. Oleh karena itu, negara yang maju
adalah negara yang memberikan porsi perhatian yang cukup besar pada dunia
pendidikan, karena dengan pendidikan inilah dimensi kehidapan itu akan tertata
dengan rapi. Kalaulah kita mau melihat sejenak ke sebuah klub sepakbola
internasional yang begitu luar biasa mendominasi persebakbolaan tidak hanya di
kelas lokal namun juga pada tataran persebakbolaan internasional, klub itu
adalah Barcelona FC. Melihat sedikit kebelang, kesuksesan bercelona bukan hasil
yang diraih pada saat ini dan hadir begitu saja,tapi barcelona telah menyiapkan
kesuksesan itu jauh jauh hari dengan cara membangun sarana pendidikan sepakbola
dengan mendidik para pesebakbola muda sebagi iron stock yang dikemudian hari menjadi para pesebakbola
profesional. Sekali lagi ini adalah bagaimana Barcelona FC begitu serius
memperhatikan pendidikan dunia sepakbola sesuai kebutuhannya.
Dari contoh ini, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa kesuksesan sebuah bangsa dapat dilihat bagaimana pendidikan
diperlakukan di negara itu. Ketika Rasulullah SAW, diutus oleh Allah SWT, tugas
adalah bagaimana seluruh umat manusia bisa selamat dengan cara menghambakan
diri kepada Allah dengan penghambaan yang sebenarnya. Tugas ini sekali lagi
adalah bagaimana rasulullah mendidik umat manusia pada saat itu, dan pendidikan
pertama kali yang sampaikan adalah bagaimana umat manusia itu mentuhidkan Allah
SAW. Tentu, yang di sentuh oleh Rasullah SAW adalah ruang Afektif (akhlak)
karena ini punya peran dalam domain kehidupan manusia.
Sekolah
Unggul sama dengan sekolah efektif
Kebanyakan orang akan bertanya apasih
sekolah unggul? Pada pendekatan konsep sekolah unggul akan muncul pendekatan
yang senantiasa muncul dari setiap orang yang memandangnya. Diantara Konsep
sekolah unggul yang muncul adalah Memandang luaran pendidikan yang unggul
karena inputnya unggul, sekolah akan merekrut siswanya dengan mengetes calon
peserta didiknya mereka yang lulus dengan standar yang diharapkanlah yang akan
lulus. Sekolah berpandangan bahwadengan input yang unggul akan memudahkan para
tenaga pendidik dalam mengarahkan siswanya dengan berbagai pendekatan untuk
mencapai targetan tertentu. Pendekatan sekolah unggul dengan konsep ini akan
berakhir dengan tidak memberikan ruang kepada siswa yang dianggap tidak unggul
dari segi akademik. Pendekatan kedua adalah dengan mengabaikan input tetapi
melakukan proses management dan outputnya adalah siswa berprestesi. Pada
pendekatan konsep ini, semua calon peserta didik punya kesempatan yang sama.

Sudah menjadi tradisi bagi Sekolah Juara dalam
penerimaan peserta didik baru, dimana sekolah juara tidak melakukan alat ukur
pendekatan akademik apapun dalam penerimaan siswanya. Artinya setiap calon peserta
didik mempunyai kesempatan yang sama untuk diterima dengan klasifikasi Mustahik
(dhuafa, anak yatim, piatu dan yatim piatu). Proses penerimaan peserta
didiknyapun sangat sederhana, setelah
calon peserta didik mendaftar dengan membawa persyaratan umum seperti fotokopi
KTP dan KK serta Surat Keterangan Tidak Mampu, maka calon peserta didik sudah
terdaftar untuk dilanjutkan ke proses kedua yaitu survey untuk memastikan
kelayakan masuk kategori klasfikasi penerima manfaat. Setelah survey selesai
dan dibahas di forum sekolah, maka pengumuman akan dikeluarkan siapa yang akan
menjadi peserta didik di sekolah juara.
Selain pada penerimaan peserta didik diatas, keunggulan
sekolah juara ditunjukkan dari jumlah peserta didik dalam tiap kelasnya.
Peserta didik dalam rombongan belajar atau kelas hanya 25 peserta didik saja,
selain untuk memudahkan proses pemantauan peserta didik konsep kelas kecil ini
memudahkan pembimbingan dan pelayan terhadapa setiap peserta didik.
Proses diatas adalah proses awal, yang menjadi starting point untuk proses selanjutnya,
proses yang membutuhkan energi besar untuk memastikan dengan input yang ada di
konversi dengan out put keunggulan mutu, relevansi dan daya saing. Untuk
menghasilkan output yang unggul maka sangat dibutuhkan manajemen pengeloaan
berbasis mutu yang efektif dari semua stake holdernya.
Manajemen pengelolaan sekolah berbasis mutu yang efektif
setidaknya akan mengarahkan setiap sekolah pada arahan sebagai berikut:
1.
KEPEMIMPINAN YANG PROFESIONAL (Professional
Leadership)
Kepemimpinan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena
sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang
dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to
Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud
dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain
agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai
suatu tujuan tertentu”.
Dalam
Konsep sekolah unggul menekankan pentingnya pemimpin yang tangguh dalam
mengelola sekolah. Sekolah yang berpenampilan unggul atau sekolah yang efektif
menggunakan strategi peningkatan budaya kerja, strategi pengembangan kesempatan
belajar, strategi memelihara kendali mutu, strategi penggunaan kekuasaan, serta
penggunaan dan informasi secara efisien.
2.
VISI DAN TUJUAN BERSAMA (Shared Vision and
Goals)
Seperti yang dalam sebuah ungkapan ”Seseorang
tidak akan bisa memimpin individu-individu tanpa bisa membangun kejelasan masa
depan bagi mereka. Sebab pemimpin adalah penjelas masa depan” (Napoleon). Untuk itu sangat penting adanya visi dan tujuan bersama, Tujuan lembaga pendidikan merupakan pernyataan
tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman bagi manajemen lembaga pendidikan
untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dengan dimensi waktu
tertentu.
Dan
visi ini harus ditetapkan secara bersama dengan melibatkan seluruh anggota organisasi untuk memberikan partisipasi (sharing)
secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Menumbuhkan sikap rasa memiliki (sense of belongingness) mengenai
misi yang akan dirumuskan bersama. Sehingga dalam proses
perjalanannya tidak menimbulkan conflik
of interest yang berdampak pada goyahnya manajemen dalam mewujudkan cita
cita dari visi dan tujuan bersama yang ada.
3.
LINGKUNGAN BELAJAR (a Learning Environment)
Lingkungan belajar dapat diciptakan
sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan
belajar. Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi
kesuksesan seluruh peserta didik secara
individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang
direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro
(2008), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan
fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik dalam hal ini adalah
lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada
dilingkup sekolah, dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang
dimaksud adalah interkasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa
dengan sumber belajar, dan lain sebagainya.
4.
PENGAJARAN YANG PENUH MAKNA (Purposeful
Teaching)
Ery soekresno dalam artikelnya “Membangun Karakter Anak untuk Menunjang Pembelajaran Penuh Makna” ia menyebutkan Belajar Penuh Makna diperlukan karena otak tidak akan dapat mengingat hafalan. Belajar penuh makna akan bertahan di ingatan jangka panjang selama bertahun-tahun. Pelajaran bermakna akan masih dapat diingat oleh anak sampai ia dewasa.
Dengan demikian sangat jelas bahwa
pengajaran penuh makna akan masuk kedalam memori jangka panjang (long term
memory) setiap peserta didik. Pengajaran penuh makna adalah
Belajar yang sesuai dengan kebutuhan
anak, belajar konsep, belajar yang konkrit, belajar yang seluruh indera anak terlibat,
menemukan sendiri pemahamannya. Proses belajar tidak
lagi hanya sekedar menghafal konsep konsep atau fakta fakta belaka, tetai
merupakan kegiatan menghubungkan konsep konsep untuk menghasilkan pemahaman
yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak
memudah dilupakan. Dalam proses pendekatannya akan terjadi yang namanya learn
how to learn.
5.
ORGANISASI PEMBELAJAR (a Learning
Organization)
Organisasi pembelajar adalah pengembangan kapasitas organisasi
untuk terus belajar, beradaptasi dan berubah. Perbedaan antara organisasi
pembelajar dengan organisasi tradisional disajikan sebagaimana tabel berikut.
Variable
|
Organisasi
Tradisional
|
Organisasi
Pembelajar
|
Sikap
Terhadap Perubahan
|
Jika hal itu dapat
dikerjakan, mengapa dirubah?
|
Jika kamu tidak
berubah,kamu tidak akan bekerja dalam waktu yang lama
|
Sikap
terhadap ide-ide baru
|
Tertutup
dengan ide-ide baru dari luar
|
Terbuka
dengan ide-ide baru dari luar
|
Penanggung
jawab inovasi
|
Bagian Penelitian dan
Pengembangan
|
Setiap orang didalam
organisasi
|
Ketakutan
Utama
|
Membuat kesalahan
|
Tidak
belajar, tidak akan dapat beradaptasi
|
Daya
saing
|
Produk dan Layanan
|
Kemampuan untuk
belajar, ilmu pengetahuan dan keahlihan
|
Pekerjaan
manajer
|
Mengontrol yang lain
|
Mengijinkan yang lain
|
Dalam dunia
pendidikan, konsep organisasi pembelajar harus terus dikembangkan, apalagi bagi
sekolah yang mempunyai tahapan cita cita tujuan yang terangkum dalam rencana
jangka pedek menegah dan panjang. Kondisi dalam setiap tahapan butuh energi
besar karena memang tantangan setiap tahap akan berbeda dan semakin besar.
Sekolah dapat
dikatakan sebagai organisasi pembelajar jika sekolah tersebut memiliki ciri; 1)
sekolah tersebut memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada
dalam sekolah tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya,
dan 2) sekolah tersebut merupakan organisasi yang siap menghadapi
perubahan dengan mengelola perubahan itu sendiri (managing
change).
6.
KEMITRAAN KELUARGA-SEKOLAH (Home-School
Partnership).
Partisipasi
warga negara adalah hal mendasar dalam demokrasi, dan hal inilah yang menjadi
landasan pelibatan orangtua dan masyarakat dalam pendidikan. Demokrasi itu
sendiri adalah bentuk tata kelola sistem atau pemerintahan yang memberikan
ruang bagi setiap individu baik langsung maupun melalui perwakilan untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang kelak mempengaruhi
hidupnya (Grant, 1979: 117).
Dalam dunia pendidikan terkhusus bagi sekolah, terciptanya kemitraan
keluarga dan sekolah merupakan siklus yang mesti ada, karena keberadaan
kemitraannya bersifat tetap selama peserta didiknya bersekolah di sekolah
tersebut, seperti tergambar dalam bagan berikut:
Pola
kemitraan antara sekolah dan keluarga yang dilakukan keduanya itu
berlangsung secara alamiah dan berkesinambungan sehingga dapat menyatukan
langkah dalam mendidik putra-putri bangsa Indonsia. Penciptaan suasana yang
kondusif bagi pendidikan nilai, baik di sekolah maupun di rumah tampaknya
merupakan salah satu bentuk kemitraan yang perlu dikembangkan secara
berkelanjutan. Selain sifat kemitraannya, dalam dunia pendidikan, sekolah dan
keluarga merupakan dua ruang pengaruh yang apabila tidak terkelola dengan baik
akan diterjadi pergesekan. Pengelolan yang baik memunculkan sinergisitas yang
positif dimana keduanya saling mendukung dan menghasilkan para peserta didik
yang memiliki mental juara.
Dari
keenam manajemen pengelolaan sekolah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa,
sekolah juara yang merupakan program pendidikan formal Indonesia Juara harus
melakukan proses percepatan dalam implementasi keenam manajemen tersebut.
Tantangan pasti akan muncul, mulai dari banyak sekolah juara yang belum
memiliko gadung sendiri hingga masih terbatasnya kapasitas SDM dalam
pengelolaan sekolah dengan manajemen keunggulan. Namun demikian bukan berarti
tidak ada peluang untuk bisa mengimplementasikannya guna menuju sekolah
unggulan. Dan semuanya harus terawal dari niat baik dan pola komunikasi yang
intensif antar stake holder, selain tentunya turunan berikutnya adalah
rancangan programnya.
Semoga
terwujud.
Syahrul Fadhilah
Kepala Sekolah SMP Juara Pekanbaru
0 komentar: